MAKALAH "Revolusi Mesir 2011"

Advertisement
advertisement


LATAR BELAKANG DAN DAMPAK REVOLUSI MESIR 2011


MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Sejarah Afrika
Yang dibina oleh Bapak Daya Negeri Widaya, Spd. M.A

Oleh :
BIMO SENO                          120732436492







UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
September 2015


KATA PENGANTAR

Syukur yang tak terhingga kami panjatkan kehadirat Allah  Rabbul ‘Alamin yang tiada henti-hentinya mengalirkan segala kearifan dalam setiap kalbu hambanya yang haus dan cinta akan ilmu yang dengannya tiada akan pernah kering samudera pikir dan terbukalah setiap mata hati. Begitu pula dengan segala rahmat dan hidayah-Nya-lah sehingga makalah yang berjudul ”REVOLUSI MESIR 2011.” dapat terselesaikan.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas matakuliah Sejarah Indonesia Kuno. Selain itu juga, ucapan terima kasih terbesar dipersembahkan pada seorang yang telah memberi arah dan penuntun dalam gelap dan buntu tatapan mata kami dalam mengetuk tiap-tiap pintu khazanah budaya, diantaranya :
1           Bapak Daya Negeri Widaya, Spd. M.A di sebagai pembina matakuliah Sejarah Afrika.
2           Orangtua dirumah yang tak pernah hentinya memberikan bantuan materil dan doa serta segala bentuk dukungannya.
Demikianlah makalah ini dibuat dan tidak menutup kemungkinan dalam penyusunannya terdapat kekurangan dan kesalahan didalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan komentarnya yang dapat dijadikan masukan dalam penyusunan laporan tugas selanjutnya.



                                                                        Malang, Ssptember  2015


                                                                                    Penyusun



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR                                                                                   i
DAFTAR ISI                                                                                                  ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang                                                                            1
1.2         Rumusan Masalah                                                                       2
1.3         Tujuan                                                                                           2
1.4         Manfaat                                                                                       2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1         Latar Belakang Revolusi Mesir 2011                                          3
2.2         Gejolak Revolusi Mesir 2011                                                      4
2.3         Dampak Revolusi Mesir 2011                                                     6
BAB III
PENUTUP
3.1         Kesimpulan                                                                                  10
DAFTAR RUJUKAN                                                                                                11





BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Letak geografis Mesir terletak di tepi Laut Merah dan Laut Mediterania.Mesir terletak di Afrika Utara. Yang secara astronomis, Mesir terletak di antara 25o BT- 36o BT dan antara 22oLU- 32o LU dengan luas wilayah sekitar 997.739 km². Mesir juga  berbatasan langsung dengan Sinai di Asia. Mesir berada paling timur dari negara Afrika Utara lainnya dan paling dekat dengan Asia. Di sebelah utara Mesir adalah laut Tengah, di sebelah barat berbatasan dengan Libya, di selatan berbatasan dengan Sudan dan di sebelah timur adalah laut Merah (Nasikin, senyumketiga.blogspot.com)
Mesir memiliki bahasa resmi Arab dan jenis pemerintahannya bersifat Republik. Jumlah penduduk Mesir pada sensus penduduk tahun 2005 diperkirakan mencapai 77.505.756 jiwa dengan tingkat kepadatan mencapai 77/km2. Mata uang Mesir adalah Pound EGP (Poundsterling Mesir) dan memiliki zona waktu UTC+2.
Pada tahun 1979, Mubarak menjabat sebagai Wakil Presiden Partai Demokrat Nasional (NDP) dan langsung menjabat sebagai Presiden Republik Arab Mesir pada 1981. Dia menggantikan Presiden Anwar Al Sadat yang terbunuh pada 6 Oktober 1981 oleh kelompok radikal.
Kekuasan Mubarak selama hamper 30 tahun dilandasi dengan penindasan politik yang dibenarkan sebagai harga dari sebuah kestabilan Negara. Perannya dalam memerangi ekstrimisme Islam telah membuatnya terkenal di dunia barat. Namun sosok Mubarak yang menjadi panutan rakyatnya menghilang seiring bertambahnya usia.
Diperkirakan setelah menduduki kursi kepresidenan Mesir selama 30 tahun, harta kekayaan Husni Mubarak mencapai Rp. 360 triliun. Keluarga Mubarak menyimpan harta kekayaannya dalam berbagai rekening seperti di Amerika, Inggris, Jerman dan Swiss. Istrinyapun merupakan salah satu anggota Klub Milyuner sejak tahun 2000 dengan kekayaannya mencapai US$5 miliar. Sementara kedua anak Mubarak memiliki kekayaan sebesar US$10 miliar.
Mubarak bukanlah lagi Ayah dari setiap warga Mesir seperti yang dulu diserukan para warga. Umurnya yang semakin senja menjadikannya tidak seproduktif sedia kala. Untuk itulah warga yang kecewa dengan kinerjanya menuntut dirinya segera menyerahkan jabatan yang dipegangnya kepada orang yang lebih pantas.
Demikian kami membuat makalah ini untuk mengulas permasalahan yang terjadi di Mesir dengan mengambil juduL “REVOLUSI MESIR 2011”. Dengan mengangkat judul tersebut bisa mendapatkan solusi permasalahan membantu menyelesaikan permasalahan yang ada di Kota Mesir.

1.1         Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Latar Belakang Revolusi Mesir 2011?
2.      Bagaimana Gejolak Revolusi Mesir 2011?
3.      Bagaimana Dampak Pasca Revolusi Mesir 2011?
1.3         Tujuan
1.      Mendeskripsikan Latar Belakang Revolusi Mesir.
2.      Mendeskripsikan Gejolak Revolusi Mesir 2011.
3.      Mendeskripsikan Dampak Pasca Revolusi Mesir 2011.
1.4         Manfaat
1.         Menambah Wawasan bagi Penyaji dan Pembaca
2.         Menambah kesibukan bagi Penyaji




BAB II
PEMBAHASAN
2.1         Latar Belakang Revolusi Mesir 2011
Sistem pemerintahan mesir adalah republik dan presiden sebagai kepala negara. Berdasarkan Piagam Nasional 1962 dan Konstitusi 1971, Mesir adalah kemerdekaan, sosialisme, dan kesatuan Arab, sedangkan konstitusi menetapkan struktur resmi dalam pemerintahan Mesir, yakni presiden, kabinet, badan legislatif, dan pegadilan (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1990: 168).
Sistem pemerintahan Mesir adalah republik, tentulah terdapat partai politik di dalamnya. Partai terbesar di Mesir adalah Partai Demokrasi Rakyat lainnya yang berada di Mesir adalah Partai Buruh Sosialis dan partai-partai independen lainnya (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1990 : 169). Sistem pemerintahan tersebut berjalan sampai 2011 sebelum terjadi revolusi Mesir 2011.
Pada 11 Februari 2011 terjadi revolusi yang berakibat pada turunya Presiden Mubrak dari kursi kepresidenan. Hal ini adalah akibat dari adanya aksi protes dan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut pengunduran diri Presiden Mubarak. Aksi massa ini secara berkala melumpuhkan stabilitas politik yang selama 30 tahun kepemimpinan Mubrak minim gejolak (Lynch, 2012: 99-100). Pemerintahan Mubarak yang cenderung dominan dan hegemoni pada politik dilaksanakan oleh Partai Nasional Demokrat (NDP) ini terjadi di Mesir sejak kematian Presiden Sadat pada tahun 1981. Sejak Mesir terlibat dengan berbagai konflik militer utamanya Perang Iraq, Mesir banyak mengalami kemunduran di bidang ekonomi. Hal ini diakibatkan oleh kesalahan pada manajemen finansial pada pinjaman luar negeri. Kesalahan ini membawa Mesir pada kondisi krisis ekonomi dan krisis finansial yang sangat merugikan, dan akhirnya Mesir meminta bantuan dari IMF dan Bank Dunia (Khalil, 2011: 21-22).
Presiden Mubarak sangat dipengaruhi oleh Barat, bahkan banyak kebijakannya yang kooperatif dengan Amerika Serikat (Khalil, 2011: 21). Mesir telah berkembang menjadi sekutu dekat Barat dan konsisten sebagai pendukung  Amerika Serikat. Hal ini ditunjukkan dengan dukungan Mesir pada Barat dan Amerika Serikay dalam konflik Israel-Palestina. Hal ini yang kemudian memicu banyak sekali resistensi pada pemerintah Mesir, resitensi ini secara konsisten dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin.
Ikhwanul Muslimin adalah sebuah pergerakan yang secara konsisten tidak tunduk pada Barat khususnya Amerika Serikat, hal ini disebabkan hubungan yang terjalin antara Ikhwanul Muslimin dan Barat  berorientasi pada keuntungan. Selian itu, Ikhwanul Muslimin dikatakan tidak tunduk pada barat adalah karena Ikhwanul Muslimin sangat simpati dan memberikan dukungan pada perjuangan Palestina dalam melawan pendudukan Israel (Morris, 2009: 32-33). Solusi dua negara yang digagas oleh PBB dan negara lain ditolak oleh Palestina karena sangat merugikan Palestiina. Bahkan dalam di beberapa negara termasuk Mesir, Ikhwanul Muslimin salah stau aktor yang melahirkan ide-ide penolakan pada imperealisme Barat dan penduduan Israel atas Palestina (Esposito, 1996: 133).
Rakyat telah memberikan ruang untuk eksistensi Ikhwanul Muslimin memalui kemenangannya di pemilihan umum dan pemilihan presiden. Presiden Mohammed Morsi adalah kader Ikhwanul Muslimin yang memenangkan pemilihan presiden demokratis setelah revolusi (Al Jazeera, 2012). Kemenangan ini tidak terjadi secara otomatis, Ikhwanul Muslimin memang telah mengambil hati rakyat Mesir dengan dukungan pada aksi massa dan demontrasi tahun 2011 yang lalu.

2.2         Gejolak Revolusi Mesir 2011
Gejolak Revolusi mesir yang di mulai tanggal 25 januari 2011, dimana rakyat mesir menginginkan sebuah revolusi yaitu dengan menuntut presidennya Hosni Mubarak untuk segera turun dari jabatannya karena dianggap sudah tidak mampu lagi memimpin rakyat Mesir. Rakyat yang sudah tidak sabar untuk menggulingkan Mubarak, akhirnya melakukan demonstrasi secara besar-besaran yang dilakukan di masyarakat mesir dan berpusat di Tahrir Square, kairo.
Demontrasi secara besar-besaran menimbulkan bentrok antara rakyat yang pro Mubarak dan anti Mubarak tidak dapat dihindarkan. Berbagai macam cara anarkis dilakukan oleh masyarakat mesir seperti membakar ban, menghancurkan bangunan-bangunan milik pemerintah telah dilakukan oleh masyarakat mesir untuk menggulingkan Hosni Mubarak untuk mencopot jabatannya sebagai presiden.
Demontrasi yang dilakukan secara besar-besaran dan anarkis tersebut juga telah memakan banyak korban, PBB memperkirakan jumlah korban tewas mencapai 300 orang pada unjuk rasa pemerintahan Mesir, dan jumlah ini terus meningkat setiap harinya dengan laporan-laporan yang belum di konfirmasi dan lebih dari 3.000 cedera dan ratusan orang lainnya ditahan. Sedangkan sumber-sumber keamanan dan medis di Mesir, mengatakan setidaknya 102 orang tewas dalam gelombang unjuk rasa yang melanda Negara Mesir berdasarkan data pada 2 februari 2011 (Tungkurawa, Revolusi Mesir)
Hosni Mubarak yang menjabat sebagai presiden merasa takut akan bertambahnya terus korban jiwa. saat masyarakat Mesir melakukan demonstrasi besar-besaran, serta aksi-aksi yang anarkis dan terus menambahnya masyarakat yang melakukan demonstrasi, membuat pihak pemerintah memutuskan jaringan social. Diputus jaringan social oleh pemerintah karena diduga salah satu penyebab bertambahnya terus masyarakat yang melakukan demonstrasi.
Ditutupnya saluran komunikasi bukan salah satu cara pemerintah untuk menghentikan masyarakat agar berhenti melakukan demonstrasi. Pemerintah juga melakukan penutupan bank-bank yang berada di Mesir, yang menyebabkan masyarakat Mesir kesulitan untuk membeli bahan pokok. Namun, ditutupnya bank yang berada di Mesir mebuat kestabilan ekonomi Negara semakin kacau, sehingga kembali membuka kembali bank-bank yang berada di Mesir. Penutupan yang dilakukan pemerinta selama masa demonstrasi membuat Negara semakin merugi hingga $310juta/perhari, seperti yang dirasakan oleh salah satu bank yang berada di Mesir yaitu, bank credit agricole.
Ditutupnya segala akses oleh pemerintah tidak membuat surutnya semangat masyarakat untuk melakukan demonstrasi. Masyarakat yang terus melakukan demonstasi hingga beberapa pekan ini tidak akan berhenti jika tuntutannya belum terpenuhi.
Setelah lamanya hamper tiga pekan berlalu masyarakat melakukan demonstrasi dan terus berkumpul di Tharir Square Mesir akhir bersorak gembira. Presiden Hosni Mubarak resmi mundur. Pernyataan ini disampaikan Wakil Presiden Mesir Omar Suleiman di televise nasional Mesir pada hari jum’at tanggal 10 februari 2011. Sementara itu, Mubarak dikabarkan meninggalkan Kairo menuju Sharm el-Sheikh. Kekuasaan selanjutnya diserahkan kepada militer.
2.3         Dampak Revolusi Mesir 2011
Demonstrasi besar yang terjadi di Mesir oleh rakyat yang menuntut kemunduran rezim Husni Mubarak yang memerintah selama 30 tahun lamanya membawa pada keputusan resminya pengunduran diri Mubarak pada 11 Februari 2011. Bahkan, pemberontakan tersebut juga dilakukan melalui media sosial yang mengajak rakyat Mesir turun ke jalan untuk melakukan aksi demonstrasi. Mubarak yang kala itu menjabat sebagai presiden tidak menunjukkan adanya suatu perubahan signifikan yang mengarah pada perbaikan khususnya dalam aspek sosial. Tingginya angka kemiskinan, pengangguran serta kesenjangan sosial membuat rakyat gerah akan kepemimpinan Mubarak yang diktator. Namun, paska tumbangnya pemerintah Mubarak, Mesir yang berada pada masa transisi juga masih sulit menentukan arah politik selanjutnya. Banyaknya perbedaan pendapat dari kalangan elit politik maupun priyayi yang menginginkan adanya perubahan di Mesir tidak membuat Mesir semakin membaik terlebih lagi kondisi sosial yang semakin parah karena tidak adanya kejelasan arah perbaikan pemerintahan pada masa transisi tersebut.
Peran militer di Mesir sangat berpengaruh terhadap kondisi perpolitikan secara langsung karena keterlibatan militer dalam perpolitikan yang dianggap dominan di negara tersebut. Berdasarkan latar belakang Mubarak yang berasal dari militer, ia menggunakan kesempatan tersebut untuk menjaga legitimasinya sebagai pemegang kekuasaan kepada militer di posisi – posisi tertentu. Mubarak juga mengembangkan militer secara lebih modern dengan dibentuknya Camp David pada tahun 1978 yakni perlengkapan persenjataan militer yang berasal dari barat. Bahkan ia juga melakukan kerjasama dengan Amerika Serikat dalam perdagangan persenjataan pada tahun 1999. Ia juga mengatakan bahwa kekuatan militer sangat penting karena digunakan sebagai perwujudan kekuatan nasional untuk mencegah adanya ancaman yang dapat merusak keamanan nasional mereka baik dari faktor internal maupun eksternal. Modernisasi yang dilakukan terhadap militer di Mesir sebenarnya lebih ditekankan pada penguatan secara diplomasi dan hanya untuk menciptakan stabilitas regional. Mengingat peran militer hampir di setiap negara di Timur Tengah memang sangat diperlukan karena rentan akan terjadi konflik (Azarva, 2007: 59-60).
Permasalahan baru kemudian muncul ketika kesejahteraan rakyat Mesir diabaikan oleh Mubarak saat ia lebih fokus terhadap peningkatan aspek militer di negaranya. Kesenjangan sosial yang tinggi serta mencuatnya kasus korupsi dalam pemerintahannya yang kemudian membawa kondisi sosial di Mesir semakin mengkhawatirkan (Kandeel, 2011: 37). Tidak hanya itu, struktur pemerintahan Mubarak yang dipandang negatif oleh karena adanya ketidakjelasan dalam kekuasaannya juga semakin mendorong rakyat untuk melakukan pemberontakan terhadap rezim yang sudah berkuasa selama 30 tahun tersebut. Setelah terjadinya pemberontakan, kemudian diputuskan pada 11 Februari 2011 adalah hari dimana lengsernya rezim Mubarak dan kemudian digantikan sementara oleh pihak militer selama enam bulan. Proses demokratisasi yang berjalan di bawah militer ketika rezim Mubarak jatuh tentu akan sulit diwujudkan mengingat peran militer yang dominan dan terkesan mendukung rezim Mubarak. Selain itu, mereka melegitimasi dirinya sebagai penguasa tertinggi di Mesir semenjak Revolusi pada tahun 1952. Pada dasarnya, militer di Mesir sendiri sudah terpecah menjadi dua antara kubu Jenderal dengan perwiranya. Hal ini didasarkan pada adanya perbedaan generasi dimana para Jenderal cenderung masih mendukung pemerintahan Mubarak karena mereka berasal dari satu generasi yang sama. Sedangkan para perwira cenderung berpihak kepada para demonstran yang mendukung mundurnya pemerintah Mubarak tersebut. Banyaknya tekanan dari berbagai pihak terhadap rezim Mubarak untuk segera mundur juga membawa pergolakan tersendiri di kubu militer (Khalil, 2006).
Selain itu, militer yang cenderung menggunakan kekerasan dalam mengawasi jalannya gerakan demonstrasi dari rakyat untuk menuntut kemunduran dari Mubarak telah banyak memakan korban jiwa yakni sejumlah 300 korban jiwa meninggal dalam 18 hari pelaksanaan demonstrasi.
Kelompok oposisi dalam hal ini juga turut berperan dalam jatuhnya pemerintahan Mubarak. Salah satunya ialah kelompok Ikhwanul Muslimin, dimana kelompok tersebut sering mengkritisi rezim Mubarak selama memerintah. Adanya dugaan bahwa kelompok Ikhwanul Muslimin ingin menempati kekuasaan di Mesir ketika pemilu pada bulan November dilaksanakan, namun hal tersebut ditepis oleh Pemimpinnya yang mengatakan bahwa mereka tidak akan menduduki posisi utama akan tetapi hanya di parlemen saja (www. Republika.co.id). selain itu peran dari Partai Kebebasan dan Keadilan di Mesir juga turut berpengaruh, hal ini dikarenakan partai tersebut sangat menentang adanya kediktatoran yang dilakukan pemerintahan Mubarak dan berusaha menanamkan nilai – nilai Islam di Mesir. Kemudian terdapat pula gerakan buruh yakni kelompok anti-Mubarak dimana mereka menuntut adanya kenaikan upah yang tinggi (Manfreda, 2012). Dengan adanya banyak tuntutan terutama dari pihak internal seperti halnya kelompok – kelompok oposisi tersebut, rezim Mubarak tentu akan lebih mudah untuk dijatuhkan mengingat tekanan yang besar yang harus dihadapi pemerintahannya serta kondisi pemerintahannya sendiri yang berada pada instabilitas politik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada masa pemerintahan Mubarak selama 30 tahun belum benar –benar mampu membawa Mesir pada keadaan yang makmur dan sejahtera. Tingginya angka pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial serta kasus korupsi di kalangan elit politis membawa kesadaran masyarakat untuk melakukan pemberontakan yang ingin menjatuhkan rezim Mubarak yang dinilai tidak dapat menjamin dan memberikan kesejahteraan serta kehidupan yang layak bagi warga negaranya. Masyarakat juga turut mengambil peran media sosial untuk menyuarakan aksinya tersebut sehingga banyak massa yang ikut melakukan pemberontakan. Paska rezim Mubarak runtuh pun, Mesir juga belum berada pada kondisi politik yang stabil oleh karena adanya ketidakjelasan pada tujuan arah pemerintahan berikutnya. Dalam penurunan rezim Mubarak pula, peran kelompok oposisi sangat mendukung terwujudnya lengsernya rezim yang berkuasa. Sedangkan dari segi militer, ia memiliki peran dominan pada masa transisi dimana mereka menguasai perpolitikan Mesir. Namun, elit militer sendiri ternyata belum mampu menata politik yang stabilitasnya masih rendah pada kala itu sehingga perbaikan di Mesir masih sulit dilakukan.



BAB III
PENUTUP
3.1          Kesimpulan
Revolusi yang terjadi di Mesir karena lambannya pemerintah menangani krisis ekonomi yang melanda negaranya. Serta pemerintahannya yang ditaktor  saat menjabat sebagai presiden membuat masyarakat Mesir jera dan menuntut hak-hak mereka serta menggulingkan Hosni Mubarak dari jabatannya sebagai presiden.
DAFTAR RUJUKAN
Azarva, Jeffrey. 2007. “From Cold Peace to Cold War: The Significance of Egypt’s Military     Buildup”, Middle East Reviem International Affairs,  11 (1): 59-73.
Esposito, John L., Ancaman Islam: Mitos atau Realitas. 1992. Editor: Ilyas Hasan. Penerjemah: Alwiyah Abdurrahman. Bandung: Penerbit Mizan. 1996.
Kandeel, Amal. A. 2011. “Egypt at Crossroads”. Middle East Policy, 18 (2): 37-45.
Khalil, Magdi. 2006. “Egypt’s Muslim Brotherhood and Political Power: Would Democracy Survive?”, Middle East Review of International Affairs,10 (3).
Khalil, Ashraf. 2011,  Liberation Square: Inside the Egyptian Revolution and The Rebirth of A Nation. New York: St. Martin’s Press.
Lynch, Marc. 2012, The Arab Uprising: The Unfinished Revolutions of the New Middle East. New York: PublicAffairs.
Morris, Benny. 2009, One State, Two State: Resolving the Israel/Palestine Conflict. New Heaven: Yale University Press.
Redaksi Eksiklopedi Indonesia. 1990, Ensiklopedi Indonesia Seri Geohrafi, Jakarta: PT. Intermasa.
Anon. 2011. “Antisipasi Intervensi Asing atas Mesir, Ikhwanul Muslimin Tegaskan tak Incar   Kekuasaan”  ( http://www.republika.co.id) , diakses pada 26 Agustus 2015
Manfreda, Primoz. 2012. “Guide to Egyptian Opposition”.[online]  (http://middleeast.about.com/od/egypt/tp/Guide-To-Egyptian-Opposition.htm), diakses 26 agustus 2015
Nasikin. “Letak astronomis & geografis Negara Mesir”. (online). (http://senyumketiga.blogspot.com/2014/08/letak-astronomis-geografis-negara-mesir.html), diakses 28 agustus 2015.
Advertisement
advertisement
MAKALAH "Revolusi Mesir 2011" | Surya Candra | 5

0 comments:

Post a Comment